CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 30 Januari 2009

lonceng terdiam kala telah membunyikan dirinya 5 kali
jarum jam pun telah menunjukkanpukul 5 sore
tak ada sinar, tak ada gahaya
hitam menutupi langit indahku
mendung mengiringi detak hujan yang turun
rintiknya masih mengguyur setiap detail pandangan ku
aku masih duduk melamun
kawatir dengan surat rindu yang kutitipkan lewat desiran angin sore
aku takuttelah rusak akibat terjangan air dari awan kelabu
akankah rindu ini tersampaikan?
akankah setiap kalimat-kalimatnya dapat kau terjemahkan?
GADISKU.......

ada sesuatu di saat nyata mulai nampak..
dia malah memilih untuk sembunyi
ketika semua hilang sedikit demi sedikit
setetes demi setetes pula dia mencoba menyeruak ke atas
menyibak telaga sunyi menjadi istana yang dipenuhi tawa
dari dasar danau
dibawanya pulaberjuta-juta ikan untuk meramaikannya
pohon-pohon yang kokoh
menjadi sandaran burung-burung berkicau
harmonis
dan serasi
menyatu dalam syahdunya dentingan melodi denyut jantungku
bintang-bintang malam ikut menari
malam tak sepi lagi
siang tak pernah sunyi
karena rindu menemaniku, wahai bidadari kecilku

Jumat, 23 Januari 2009

bila ku tahu
hari ini ada beribu-ribu kesepian
pasti sudah ku bungkus dengan koran dan ku buang jauh sebelum semua terjadi
lihat saja awan kelam itu
terus memburu
mengejar
tak mau berhenti

kaca-kaca di samping jalan aspal berlubang itu
telah retak
dengan sekali hentakan petir
oooohhhh.... bukan..
bukan petir yang meretakan mereka..
ya... benar...
bukan petir
tapi teriakan ku
teriakan sakit ku yang tak mampu lagi ku balut indah dengan selaput tawa ku

kenapa?
kenapa awan itu tetap mengejarku
sesaji apa yang kurang? hingga badai kegelapan itu terus menyelimuti
tak tahu malam, dia terus menyelimuti
membelai

dalam mimpi yang aku rindu
mungkin benar, dalam mimpi hanya akan aku temui awan putih yang tlah lama aku rindukan

Sabtu, 27 Desember 2008

Kulukis keindahanmu dalam kanvas kehidupan ku
Kuwarna dengan campuran pelangi pesona mu
Terpampang indah
Terpajang rapi
Menghiasi tembok perjalanan hidup ku
Bingkai dari kasih sayang
Menyatu menambah harum daya tarik kecantikan mu
Tulus setia melekat dalam baju harapan mu

Yang membuat ku semakin tidak percaya
Kau bimbing aku
Ketika aku tertatih mengejarmu
Kau malah menarikku ke dalam pelukan hangat mu
Dan kau meyakinkan aku
Bahwa. . . .
Aku adalah lelaki paling beruntung..
Bisa menjadi bagian cerita dari novelmu

Kulukis keindahanmu dalam kanvas kehidupan ku
Kuwarna dengan campuran pelangi pesona mu
Terpampang indah
Terpajang rapi
Menghiasi tembok perjalanan hidup ku
Bingkai dari kasih sayang
Menyatu menambah harum daya tarik kecantikan mu
Tulus setia melekat dalam baju harapan mu

Yang membuat ku semakin tidak percaya
Kau bimbing aku
Ketika aku tertatih mengejarmu
Kau malah menarikku ke dalam pelukan hangat mu
Dan kau meyakinkan aku
Bahwa. . . .
Aku adalah lelaki paling beruntung..
Bisa menjadi bagian cerita dari novelmu

Kulukis keindahanmu dalam kanvas kehidupan ku
Kuwarna dengan campuran pelangi pesona mu
Terpampang indah
Terpajang rapi
Menghiasi tembok perjalanan hidup ku
Bingkai dari kasih sayang
Menyatu menambah harum daya tarik kecantikan mu
Tulus setia melekat dalam baju harapan mu

Yang membuat ku semakin tidak percaya
Kau bimbing aku
Ketika aku tertatih mengejarmu
Kau malah menarikku ke dalam pelukan hangat mu
Dan kau meyakinkan aku
Bahwa. . . .
Aku adalah lelaki paling beruntung..
Bisa menjadi bagian cerita dari novelmu

Selasa, 16 Desember 2008

Di pojok asa ku yg telah rapuh
Ku taruh sebuah hiasan dinding
Yg kubuat, kurangkai, kususun
Dari sluruh harapan ku
Dan dari smua asa ku
Kutaruh sebagai hiasan pada dinding hati yg keras

Terdiam mulut ku tak dapat brkata
Kurengkuh bayangan ku
Dingin menyapa langit

Sampai saat aku masih dsini
Trasa smua tubuh tak mampu brdiri
Lemas lunglai

Kutunggu hadirnya
Kunang-kunang yg akan memberi setitik sinar d glapnya dunia
Yg akan memberi asa dlam ruang gelap hati ku
Agar aku bisa melihat d kala petang tlah menyelimuti bumi
Kapankah kunang-kunang akan datang?
Dan menjemputku yg masih terbekap pada ketakutan malam
Membawa ku ke bulan